Alda Air Berhasil Melantik Captain Pilot Pertama asal Papua

Ir. Ledryk J. Lekenila (Direktur Utama), Capt. Yosias A. Arwam, Capt. Darsono Wijatmiko (Instruktur)

Sabtu (20 Juni 2020), Untuk pertama kalinya Alda Air berhasil melantik Captain pertama asal Papua dari hasil pendidikan internal. Adalah Captain Yosias Andi Arwam adalah anak muda asal Papua lahir di Biak 26 tahun lalu anak ke dua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Yohannes Arwam dan Ibu Anace Aibekob.

Yosias, kedua dari kanan

Bekerja dalam dunia penerbangan adalah impiannya sejak kecil karena sang ayah dulu bekerja di salah satu perusahaan penerbangan milik BUMN sebagai Flight Operation Officer hingga pensiun.

Riwayat Pendidikan

Yosias, saat menjalani pendidikan di Banyuwangi

Sejak duduk dibangku SD Bonaventura Sentani, Yosias sudah ditanamkan soal kedisiplinan dan takut akan Tuhan dalam segala hal oleh sang ayah. Setelah lulus sekolah dasar tahun 2003, ia melanjutkan Pendidikan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dan lulus di tahun 2009. Lalu ia melanjutkan pendidikanya ke SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dan lulus tahun 2012. Setelah menamatkan pendidikan sekolah formal, ia mengambil Pendidikan profesi di Merpati Training Center (MTC) sebagai Flight Operation Oficer (FOO) sama seperti sang Ayah. Setelah menyelesaikan pendidikan profesi, ia sempat bekerja disalah satu perusahaan penerbangan swasta di Indonesia. Kemudian setelah setahun bekerja, ia mendapat kesempatan untuk mendaftar beasiswa Pilot yang diselenggarakan pemerintah sebagai Program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat  kemudian setelah mendaftar ia pun dinyatakan lulus.

Awal Karir Sebagai Pilot

Disinilah awal karir cemerlang Yosias dimulai, setelah lulus tes program beasiswa sebagai Pilot ia disekolahkan di salah satu sekolah kedinasan Negeri Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi. Selama 2 tahun menempuh pendidikan pilot disanalah ia ditempa menjadi pribadi yang lebih disiplin dan penuh tanggung jawab. Setelah lulus dan diwisuda tahun 2016 Yosias berhasil memperoleh peringkat dua lulusan terbaik Angkatan Ke-IV dan ia pun ditawari sebagai instruktur di tempatnya di didik saat itu.

Yosias (tengah) saat menjadi instruktur di Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi

“Selama menjadi instruktur di Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi, saya berkeinginan untuk dapat bekerja dan melayani masyarakat saya di Papua” ucapnya.

Kemudian kesempatan untuk mewujudkan impianya pun datang, di tahun 2018  Alda Air membuka lowongan pilot baru yang akan dididik dan dilatih untuk menjadi seorang Captain. Setelah melewati beberapa fase proses seleksi yang ketat ia pun lulus dan diterima sebagai calon Pilot pada Agustus 2018.

Perjalanan Menjadi Captain pun dimulai

Yosias, selama menjalani Line Training

Setelah diterima ia harus melewati beberapa fase training yaitu, Base Trainning  selama 5 jam terbang fase dimana setiap calon Pilot untuk mendapatkan rating C208B Grand Caravan jenis pesawat yang akan di pilotinya nanti. Line Trainning selama 75 jam terbang adalah syarat bagi calon First Officer (FO) untuk mendapatkan release sebagai FO. Gaining Hours 75-650 selama jam terbang syarat yang harus dipenuhi setiap pilot untuk mengambil training selanjutnya untuk menjadi Captain. Captaincy 650-750 selama jam terbang adalah syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh FO untuk bisa mendapatkan Bar Captain.

Setelah menempuh seluruh fase training tepat tanggal 20 Juni 2020 ia pun mendapatkan release dari para intruktur untuk menerbangkan pesawat sebagai Pilot In Command (PIC) dan resmi menjadi seorang Captain dan rute pertamanya terbang sebagai Captain yaitu, Sentani – Batom – Senggeh – Batom – Senggeh – Batom – Senggeh – Batom – Sentani.

“Saya sangat bersyukur dengan apa yang Tuhan Yesus berikan saat ini atas semua kerja keras dan keberhasilan yang dicapai, Semua yang didapatkanya tidak lepas dari bimbingan kedua orang tuanya yang selalu mengingatkannya untuk selalu disiplin, bertanggung jawab dan takut akan Tuhan” ungkapnya.

Menjadi seorang Captain di wilayah papua menjadi suatu hal yang sangat menantang karena lokasi geografis Bandara-Bandara di Papua memiliki medan yang ekstrim ditambah cuaca yang dengan cepat selalu berubah-ubah sehingga dalam mengambil keputusan harus tepat dan benar.

Ia pun berpesan kepada seluruh anak-anak muda Papua “Sa bisa kam juga pasti bisa, tetap berjuang dan andalkan Tuhan disetiap kam pu rencana, kitong bisa”

id_IDBahasa Indonesia